Kamu Yang Mengetuk Sukma
Kamu
Yang Mengetuk Sukma
Hari itu menjadi saksi bisu ketika pertama
aku melihatmu penglihatan itu menjadi noktah kembalinya percayaku tentang makna
cinta ternyata kebahagian masih bisa didapat sekalipun dari senyum sederhana
yang terbit dari wajahmu ingin rasanya kupekik sebuah ikhbar kepada penghuni
samundera bahwa pada hari ini aku merasa
damai dengan menatapmu dalam diam.
Wajahmu seperti memancarkan pancarona untuk
mengetuk sukma yang sudah lama tidak berpenghuni desir pasir yang menari,
beriringan dengan irama ombak menjadi saksi atas kekagumanku padamu tapi,
apakah dengan mencintaimu adalah upaya untuk kembali meraih bahagia? atau
justru akan berakhir dengan meringkuk penyesalan? tidak ada istilah yang
terdefinisikan untuk mengambarkan renjana ini karena bisa jadi ini adalah
sebuah bejana yang memberi kisah bahagia atau justru memupuk luka? untuk saat
ini, biarlah semuanya menjadi pertanyaan-pertanyaan tak perlu jawaban.
Terlalu
banyak senerai history yang menghantui jangan sampai aku terjebak dengan
teka-teki sehingga lupa hakikat menikmati detik-detik petang yang ku habiskan
untuk bertamu ke pesisir kuakhiri dengan melangitkan asma kepada tuhan
bersyukur terhadap nikmat kecukupan kecukupan dalam setiap proses kehidupan
tidak lebih tidak kurang membuatku berada pada titik seimbang untuk terus
melantunkan syukur tuhan memang romantis.
By: Fadel
Yulian
0 komentar :
Posting Komentar