Jarak
Jarak
Mari tinggal sejenak menghitung jejak yang
masih setia berdetak pada rasa yang kini berjalak memang pernah ada cinta yang
mematahkanku dan kau yang selalu kuragu menyihir kata, menjelma puisi yang etah
kau tunjukan untuk siapa?
Pernah suatu ketika aku menahan laju jarum jam di ujung
jalan itu agar kau dan aku dapat tinggal lebih lama kau memang kerap terisau
dengan angka-angka sedangkan aku bersikeras untuk menjadikan kita ada menjelang
malam setelah puas mengupas jarak mendadak kau seolah lupa bergegas hendak
beranjak padahal suara hujan masih terdengar serak dan aku terjebak dalam
sepasang mata dan putus asa.
Dan aku kembali pulang pada luka yang sama tanyaku.
apa kau bahagia?
0 komentar :
Posting Komentar