Presipitasi Koalesensi

Kamis, 16 April 2020

Presipitasi Koalesensi


Presipitasi Koalesensi 

Sebab tuhan telah menciptakan ingatan maka izinkan aku untuk mensyukurinya sebagai mesin waktu menengok masa lalu, saat aku mencubit pipimu kemudian mukamu memerah saat kita belum paham arti berpisah hujan itu 1% cairan dan 99% kenangan terkadang, ada hujan yang jatuh saat teriknya mentari namun, terkadang ada tangis yang jatuh saat senyummu berseri mentari itu kini telah tenggelam, bersama semua doa.

Awal mencinta yang kini pupus di bias kejora sebenarnya petang ini menyenangkan sama sepertimu menggelayut rindu memelukku saat kita belum tersekat menjadi aku dan kamu petang ini juga tenang, seperti dirimu saat masih bisa mengucap sayang, saat pelukanmu belum menjadi sebuah kenang hanya tersedak entah oleh kenapa, sehingga aku tertiba mengingatmu apapun itu, aku sedang menikmati cantinya rindu. akhirnya menyadari tentang perpisahan mendewasakan hati. 

Awal tengukan yang manis, tengah kenikmatan yang puitis, hingga berakhir pada pahitnya ampas berujung miris seperti segelas kopi ? memang aku memang tengah menikmati itu bersama bayangan masa lalu saat masih ada dering ponsel yang memanggilku untuk sebuah pesan singkat bertuliskan "I MISS YOU" semakin aku mengingatmu, semakin aku paham tentang garis tuhan untukku aku adalah mendung, dan kau adalah rintik embun bersama, kita hanya akan menjadi gerimis, meluluh perih dalam isak tangis aku kaku bagai seonggok kayu dan kau menggelora bagai api cemburu bersama, kita hanya akan menjadi abu, usai terbakar berbekas pilu aku melamun pada malam, dan kau termangu dalam temaram. bersama, kita akan terus tenggelam saling merindu gelimang cahaya dalam kelam cukup 

Semakin lama, hanya desir rindu yang melanda sampai remuk menelusuk relung, hingga perih mengiris rusak yang berkabung disini cerita tentangmu akan tetap utuh untuk bernaung karena waktu membuat keringat dalam pendewasaan, telah terlewati deretan sosok pengisi kerinduan pada tiap embusan, sebutlah itu kenangan. 

Maaf, aku hanya sedang membuka kembali memori yang mengaluh dan terhentak akan kenangan menahun untukmu masa lalu, terima kasih atas lukamu nan anggun.


By: Wira Nagara

0 komentar :

Posting Komentar